Setelah
laluan hari yang telah kita lewati bersama, mungkin ini saatnya. Saatnya dimana
kamu berada di titik kejenuhan, ketika kamu bersamaku. Entah, salahku
apa..Entah apa yang harus aku lakukan untuk kedepannya..Satu persatu pertanyaan
selalu tercipta, apakah aku sudah tak baik untukmu ? apakah aku suda tak kau
butuhkan lagi ? Apakah aku tak secantik saat pertama kali kamu perjuangkan aku
sampai titik darah penghabisanmu ? Apakah aku tak seindah saat pertama kali kamu
menjatuhkan hatimu kepadaku ? Apakah kamu melihat sosok lain yang lebih pantas
untuk kamu perjuangkan lagi ? Apakah iya ? Iya, pertanyaan itulah yang selalu
beredar pesat di pusat edarku.
Jika
pertanyaanku itu ternyata benar, Apakah harus aku mempertahankan kamu untuk
kesekian kalinya ? Apakah harus aku menahanmu untuk tetap tinggal ? Apakah
harus aku mengalah (lagi) ?
Apakah
kamu tau ? di pagi hari, ada seorang yang menangis dalam hatinya ketika ia
tengah sarapan pagi, ia menagis ketika tau kamu tak menggubris perasaanny lagi,
ketika ia melihat percakapan di media sosial bersama orang yang membuat ia
merasa kamu dan dia ada something special, ketika ia tau kamu tak membalas
pesan singkatnya namun kamu membalas percakapan itu dengan santainya. Ia pun
berhenti memakan sarapan paginya, hujan terus membasahi pipi lembutnya dan
hujan itu telah membasahi pipi lembutnya untuk yang kesekian kalinya tanpa ia harapkan
datangnya hujan itu. Apakah kamu tau bagaimana perasaannya saat itu ? tau ?
iya, untuk apa juga kamu memikirkan hal yang tidak penting seperti ini.
Sakit
rasanya, ketika aku teringat pada suatu masa, ketika kita lalui hari dengan
selalu bersama, kita lewati hari dengan apa yang kita sebut itu cinta, ketika
mengingat kita lewati hari dengan seribu mimpi yang selalu mengelilingi benak
kita, sakit ketika mimpi kita harus kamu buang sia-sia seperti ini, sakit
rasanya ketika harus mengingat betapa sulitnya aku mempertahankanmu ketika
kedua orang tua kita saling tak merestui hubungan ini dan sakit ketika
mengingat dimana kita lewati hari dengan penuh perhatian dan kasih sayang. Sakit
ketika kamu tak membalas pesan singkatku dan amu ber alibi bahwanya kamu tidur,
padahal apa yang aku tau ? aku melihat kamu membalas percakapan di media sosial
bersamanya, bersama sesosok wanita yang kamu sebut hanya sebatas teman, tapi
? seperti itukah batasan seorang teman ?
pantaskan kamu sebut itu hanya sebatas teman ? ketika kamu memperhatikannya
ketika ia sakit, apa kamu tak merasa bagaimana caramu memperlakukan dia ? apa
kamu tak merasa ? apa kamu masi ingin mengatakan bahwasanya kamu dengannya
hanya sebatas teman ? iya ? Aku tau aku sadar mungkin saat ini dia yang selalu
kamu lihat setiap hari, mungkin kamu telah melihat banyak kekuranganku ketika
kamu bersamanya, mungkin kamu merasa aku seperti goresan tinta kecil dibanding
dia yang layaknya tulisan-tulisan yang indah tanpa sebuah goresan. Iya, aku
sadar. Aku tidak ada apa-apanya dibanding dia.
Sejenuh
itukah kamu kepadaku ? Sebosan itukah ? Semalas itukah ? Lalu, apa yang harus
aku lakukan ? membiarkanmu bersikap seperti itu ? membiarkanmu memberikan
perhatian kepada sosok yang sering kamu sebut hanya teman ?harus rela
membiarkanmu pergi ? haruskah ? haruskah ? haruskah sayang ? harus ? Iya sakit
rasanya, tapi aku harus bisa menerima segala tingkah lakumu, menerima ketika
kamu harus berbohong kepadaku, menerima disaat kamu tak memperhatikanku lagi,
menerima disaat kamu lebih mementingkan sosok dimana ia yang selalu membuat aku
berfikir negative tentang kamu dan dia, menerima disaat aku melihat kalian
bersenang- senang ria sedangkan aku hanya bisa menyaksikan cerita romantis
kalian berdua. Saat ini aku hanya bisa bersabar, hanya bisa menunggu, hanya bisa
berharap. Berharap kamu sadar, ada hati yang selalu menunggumu dan berharap
sosokmu kembali seperti sedia kala.